Lawang (pintu), kota pembuka bagi kabupaten Malang dari arah kota Surabaya. Terletak di kaki gunung Arjuna, 19 km di sebelah utara Kota Malang, atau 71 km di sebelah selatan kota Surabaya Provinsi Jawa Timur. Kota Lawang terletak di ketinggian 450meter dpl (dari permukaan air laut) dengan koordinat 7°49’48″S 112°42’0″E, . Hawa kota kecil ini semakin sejuk dan asri karena penuh pepohonan.
Pemandangan kota ini sungguh menakjubkan. Mata kita akan dimanjakan oleh landskap gunung Arjuna Welirang saat memandang ke barat, dan dihiasi bebukitan antara Semeru dan Bromo di arah Timur. Saat malam datang, bintang-bintang di langit berkelap-kelip dengan indah seperti hamparan permadani. Hal yang sulit saya temui saat di Jakarta.
Lawang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju gunung Arjuna. Namun tak banyak orang yang melewati jalur ini karena jalur pendakian via Lawang miskin sumber mata air. Para pendaki biasanya mampir disini hanya untuk membeli perbekalan sebelum naik ke gunung.
Rona pembangunan juga banyak bergeliat di kota Lawang. Ruko dan minimarket bertebaran dimana-mana. Beda jauh dengan beberapa tahun lalu. Mudah-mudahan keasrian kota ini tidak tergilas oleh pembangunan, dan bangunan tua dengan arsitektur Eropa di kota ini turut dilestarikan.
Ada empat landmark art deco dari jaman kolonial yang cukup menarik perhatian disini. Stasiun kota lawang, SD Katolik Santa Maria, Hotel Niagara, dan komplek RSJ Lawang. Stasiun Lawang merupakan stasiun tertinggi di Daerah Operasi VIII Surabaya. Adapun Hotel Niagara sudah terkenal hingga ke manca Negara keunikannya. Arsitek hotel ini adalah Fritz Joseph Pinedo, orang Brazil yang jadi arsitek CCCL (Pusat Kebudayaan Perancis) Surabaya.
Saya sendiri tinggal di rumah bergaya Eropa – Belanda. Rumah dinas orangtua saya di perumahan dinas RSJ Lawang. Pintu-pintu dan jendelanya berasal dari kayu jati yang kokoh serta tinggi-tinggi. Kami bukan penduduk asli Lawang, kedua orang tua saya berasal dari Malang Selatan. Tugas dinaslah yang membawa orangtua saya sampai di kota ini.
Sejak dulu Lawang dikenal dengan kota yang berdenyut 24 jam. “Gak ada matinye” kalau kata orang Betawi. Hal ini disebabkan para petani dan penjual hasil bumi, menjual barang dagangannya di malam hari menjelang toko-toko lain tutup. Sebagai connecting city untuk hasil pertanian daerah-daerah lain, alhasil Lawang selalu meriah, dan macet apalagi di akhir minggu.
Kini Lawang tak hanya dikenal dengan Pabrik Otsuka penghasil Pocari Sweat, PTPN XII perkebunan teh dengan teh rolas dan teh naga sebagai andalan, ataupun Rumah Sakit Jiwa-nya. Sekarang Lawang bahkan punya empat sekolah tinggi, lima rumah sakit besar, empat buah pusat penganan dan oleh-oleh, empat buah hotel dan berbagai penginapan, serta berbagai area rekreasi seperti kolam renang di daerah Sumberwaras atau lebih dikenal dengan sanggar, waterboom, paintball, outdoor activity, dan tempat spa 🙂
Empat sekolah tinggi tersebut adalah Poltekes Malang yang terletak di komplek RSJ Lawang, Sekolah Tinggi Keperawatan hingga jenjang S1 di daerah Tawang sari, Sekolah Tinggi Theologia Alathea di jalan Argopuro, serta Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian yang terletak dekat dengan balai pertanian di Bedali. Lima rumah sakit itu adalah RSJ. Dr. Radjiman Wediodiningrat baik untuk umum maupun jiwa, RSUD Lawang, RS. Lawang Medika, RS Brawijaya, dan RSU Siti Miriam.
Nah bagi yang mudik, tidak lengkap tampaknya tanpa membawa oleh-oleh khas kota Lawang. Mulai dari madu hasil kembang biak dari agrowisata Tawon (saya lebih suka beli potongan madu aslinya), onde-onde HTS yang terkenal, lumpia dan risoles toko Mungil, sampai berbagai penganan dengan berbahan dasar telo atau ubi ungu yang bisa ditemukan di toko Bakpo Telo.
Di toko oleh-oleh tersebut tak hanya penganan andalan masing-masing yang dijual, tapi juga berbagai keripik khas Malang, sebut saja keripik tempe, keripik kentang, hingga keripik buah-buahan. Koper saya selalu penuh dengan makanan daripada baju saat balik ke Jakarta:p
Bagi penikmat kopi, jangan sedih, saya pernah minum kopi luwak di Bakpo Telo dengan harga murah meriah. Malang adalah salah satu produsen kopi terbesar di Malang. Kopi premium dari Lawang adalah kopi rolas. Dan jangan lupa bawa teh rolas atau teh naga sebagai oleh-oleh ya. Di Jakarta, di salah satu kedai teh bilangan Kemang, teh rolas dan teh naga ini dijual dengan harga cukup mahal soalnya.
Sebagai kawasan yang menata diri untuk pariwisata, lawang juga dilengkapi dengan fasilitas hotel. Hotel nyaman dengan budget cukup terjangkau saya rekomendasikan Hotel Arjuna, Hotel Waringin Anom, Hotel Raya dan Hotel Niagara di dekat pasar Lawang, serta Hotel Malang Anggun Sejahtera di kawasan perumahan mewah MAS. Di dekat hotel Malang Anggun Sejahtera bahkan dibangun juga taman rekreasi waterboom. Sedangkan untuk tempat rekreasi paintball terletak di area Patal. Tapi kalau mau dekat dengan kebun teh sih bisa memilih wisma PTPN XII atau Hotel Rolass sebagai tempat menginap.
Bagi yang tertarik dengan outdoor activity seperti flying fox, saya sarankan untuk mengunjungi agrowisata teh wonosari. Selain bisa menikmati flying fox dengan hawa yang sejuk, kita bisa mencicipi masakan di restoran pada area tersebut. Bagi yang ingin ke kebun teh wonosari dapat naik angkutan umum (mikrolet) dengan jurusan SLKW berwarna biru dari pasar Lawang dengan harga Rp.5000 saja. Sayangnya angkot SLKW hanya beroperasi hingga jam 5 sore, jadi yang ingin berjalan-jalan sore hari ke kebun teh, ada baiknya membawa kendaraan sendiri atau bisa juga dengan naik ojek.
Obyek wisata baru di Lawang yang sedang dikembangkan adalah “krabyakan”, tempat wisata pemandian di sebuah sumber mata air ini dikelola oleh masyarakat sekitar. Jangan lewatkan juga wisata ke candi petilasan Tunggul Ametung, pemandian polaman dan gua yang konon kabarnya digunakan sebagai tempat bertapa jaman dahulu kala.
Oke, apalagi ya yang belum saya ceritakan dari Lawang. Menyusul saja ya cerita selanjutnya, sejarah dan kiprahnya Lawang. Sementara keindahan kotanya bisa dinikmati dari foto-foto yang saya berikan (itupun hasil ngambil foto orang ^^). Ayo rek, mlaku-mlaku nang Lawang. Kutho cilik tapi penuh kenyamanan 🙂
Medio, Agustus 2013
P.S: Di-update tanggal 2 Juli 2018
Lawang emang keren… apalagi rsj nya… suasananya enak… adem…
bangetttt..selalu kangen buat pulang kesana 🙂
kelihatannya indah. alamat Tinggal dimana, Mbak di Lawangnya,
di perumahan dinas RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat 🙂
Aku mau kirim kado ultah kesitu bisa sampai kan ya
hehehehe bisa bunbun 🙂
Hmmm, hotel Niagara, ya.
Gag ada tertulis Kopi Rolas, adanya Teh Rolas, Kakaaa…
yang terkenal teh rolas, tapi mereka sebenernya juga produksi kopi. makanya aku bilang premium.
saya rencana akan ke lawang hari rabu pagi (naek bima),
apakah ada penyewaan mobil untuk jalan-jalan di kota lawang,
seharian sampe siang, ke stasiun lawang lagi untuk plg ke jakarta.
terima kasih
Hai mbak kurnia, salam kenal 🙂 Maaf agak lama balasnya. Bima bukannya berhenti di Surabaya ya, mbak? Kalau mau lebih baik naek gajayana turun di Malang kota.
Banyak, mbak penyewaan mobil. Kalau mau jalan-jalan lagi keliling kota Lawang dan Malang hubungi saja, mas Iim, yang punya persewaan mobil. Nomernya 081233651876, bilang aja tahu dari Devi.
Happy travelling, mbak Kurnia! 🙂
Kalau angkutan umum yang lewat Bedali apa aja?
pakai LA aja, Lawang Arjosari, warnanya hijau.
Kota Kelahiranku, ga sabar pingin balik menetap dikota ini.. love this city so much
yeup, LOVE THIS CITY TOO..kota tempat tumbuh dewasa sampai SMA 🙂
lawang, batu atau malang sekarang hawanya sejuk mana???
Batu lebih sejuk… tapi lebih sejuk lagi daerah tumpang seperti gubuk lakah dan pujon