Day#20 : Duniaku adalah senyummu

Duniaku selalu indah, aku rasa semua itu karena senyum. Baik itu senyumku, ataupun senyummu. Senyummu terlalu menggoda untuk diacuhkan. Maka dari itu aku senang membuatmu tersenyum, duniaku semakin indah saat senyum dan tawamu berderai. Aku suka saat aku tersenyum karena melihatmu tersenyum. Aku suka senyummu saat kuceritakan hal-hal lucu. Aku suka senyummu saat kucium pipimu.Lanjutkan membaca “Day#20 : Duniaku adalah senyummu”

Day #15: Kusebut Angin…

Kusebut angin dengan lembut… Dia sering bermain-main dengan kulit dan rambutku Meniup nakal kesana kemari Dan membuatku selalu bersiap dengan sisir dan selendang Kusebut angin dengan peri… Dia sering menikahkan sepasang bunga Pernikahan bagi kehidupan selanjutnya, buah dan biji Angin memang tak pernah setengah hati untuk berpatisipasi dalam keajaiban Kusebut angin sebagai kekasih air… SendaLanjutkan membaca “Day #15: Kusebut Angin…”

Dalam Penghayatan

Saat Biola mengalun diantara sayup-sayup kesedihan Akhirnya aku tahu mengapa aku menyukai bunyi biola Saat airmata jatuh diantara sedih dan bahagia Akhirnya aku tahu mengapa perempuan seringkali menangis di dalam hati Saat impian dipertemukan dengan realita Akhirnya aku tahu kenapa manusia harus bermimpi Saat benci dan cinta tampil diantara panggung dunia Akhirnya aku tahu mengapaLanjutkan membaca “Dalam Penghayatan”

Kini Kutahu

Kini kutahu… mustahil buat seseorang mencintai kita, yang dapat ialah membuat diri kita layak dicintai, selebihnya terserah mereka. Kini kutahu… betapapun aku telah peduli, ada saja orang yang tak peduli balik. Kini kutahu… bisa bertahun-tahun membangun kepercayaan, dan sedetik merusakkannya. kini kutahu… yang penting bukan memiliki apa dalam hidup ini, namun siapa. kini kutahu… palingLanjutkan membaca “Kini Kutahu”

Untuk Rina Dewi Yana

Mbak Rin, Berita itu seperti petir di siang bolong Tak terduga dan tentu saja…. Sedih…. Kau pergi untuk selamanya, syahid Insya Allah. Ah takdir, kau benar-benar tidak bisa diduga…. Mbak Rin, Masih teringat waktu dahulu Dulu, saat kita sering mengobrol panjang lebar di kamarmu Dulu, saat kita sering nonton DVD ramai-ramai di kamarku Dulu, saatLanjutkan membaca “Untuk Rina Dewi Yana”

Trilogi Kota – Bagian Satu

Ketika aku menulis ini, aku sedang merindukan Arjuna yang tengah ditimpa sinar mentari pagi. Saat aku menuliskan ini, aku sedang teringat harum udara pagi Bromo. Dan apabila aku teringat akan tetesan embun Arjuna dan kabut udara pagi Bromo, maka aku akan mencoba mengingat Semeru, lengkap dengan hamparan Edelweissnya. INDAH….hanya kata itu yang sanggup kuungkapkan. Malang,Lanjutkan membaca “Trilogi Kota – Bagian Satu”