Tips Manajemen ASI (Air Susu Ibu) saat Travelling


Hola, good reader!

Jadi ceritanya 2 tahun yang lalu saat anak saya masih usia 1 tahun, saya ditugaskan dinas ke luar negeri selama dua minggu. Hati mamak gundah gulana saat diminta ninggal bayi yang masih netek selama berhari-hari.

Sebenarnya sudah beberapa bulan saya diminta untuk datang ke kantor pusat di Belanda dan melakukan perjalanan dinas ke luar negeri, cuma ya saya ulur-ulur sampai usia anak saya 1 tahun. Kenapa? Sebab ini usia aman untuk mengonsumsi susu UHT. Sewaktu-waktu ASI yang disiapkan selama saya bepergian kurang kan bisa digantikan dengan susu UHT. Iya anak saya gak pakai sufor, setelah lepas ASI langsung mengonsumsi susu UHT sebagai gantinya.

Selama di luar negeri, saya pastinya aktif memompa ASI dan membawa ASIP itu pulang ke Indonesia, oleh-oleh buat #babyD 😀 Oiya, saya termasuk mamak yang jumlah ASInya pas, jadi kalau bisa nyetok ASI itu Alhamdulillah banget.

Nah, buat mamak dan calon mamak yang pengen bawa oleh-oleh ASIP buat bayinya saat perjalanan dinas ke luar kota maupun ke luar negeri, ada beberapa tips dan trik untuk manajemen ASIP saat bepergian berdasarkan pengalaman pribadi saya. Mudah-mudahan bermanfaat ya.

Sebelum berangkat ke luar negeri ada beberapa hal yang harus kita persiapkan terlebih dahulu supaya bisa lebih aman, damai, dan sentausa dalam mempompa dan menyimpan ASI.

1. Pastikan tempat kita tinggal di luar negeri mempunyai chiller atau lemari es yang bisa deep freeze

Photo by Pedro Sandrini on Pexels.com

Waktu itu sih saya nginap di hotel dan bikin special request supaya dalam kamar bisa ditaruh chiller untuk menyimpan ASI serta diperbolehkan membekukan ASIP di kulkas super gede yang ada kitchen. Alhamdulillah dibolehin. Gak semua orang seberuntung saya, ada teman sekantor yang pas perjalanan dinas gak dapat hotel yang memperbolehkan chiller masuk kamar, akhirnya dia pilih budget hotelnya langsung ditransfer saja dan dia cari apartemen atau rumah via AirBnB.

2. Pastikan tempat meeting dan tempat kita kerja juga memiliki chiller yang bisa digunakan untuk menyimpan ASI selama kita bekerja.

Mamak menyusui pastinya sudah hapal kan ya dengan ritme pompa 3 jam sekali. Lumayan kan selama kerja kita bisa 3 kali pompa dan punya stok 3 kantong ASI. Berhubung tiap kali ke luar negeri saya gak pernah stay di satu tempat meeting, alias bisa tiap 2-3 hari sekali pindah lokasi, walhasil kemanapun kami pergi saya selalu nitip kantong-kantong isi ASI di kulkas setiap tempat dimanapun kami pergi meeting 😀

Banyak orang yang nganggap aneh ya di luar negeri, mereka selalu nanya ngapain kamu bawa ASI kemana-mana, soalnya mereka jarang ada yang deep freeze ASI. Biasanya mompa ASI hanya untuk besok dan tidak pernah dibekukan.

3. Pastikan maskapai yang kita tumpangi ramah terhadap busui dan bersedia dititipin ASI di kulkas mereka selama dalam penerbangan.

Photo by Sourav Mishra on Pexels.com

Selalu check pelayanan setiap maskapai saat akan melakukan penerbangan. Mamak-mamak keren bisa menulis e-mail terlebih dahulu menanyakan fasilitas bagi busui saat di pesawat. Saya sih menyarankan mengambil direct flight ya supaya gak keluar masuk airport dan melalui prosedur xray dan check in yang melelahkan.

Waktu itu pilihan saya selalu Garuda dan dalam perjalanan ke Singapore, transit di Changi, saya tidak merah ASI supaya bisa selonong girl saat di Bandara Changi yang pemeriksaannya super ketat

4. Minta surat keterangan dari dokter laktasi bahwa kalian adalah ibu menyusui dan diperkenankan untuk memompa ASI dan membawa ASI dalam penerbangan.

Photo by rawpixel.com on Pexels.com

Jadi, supaya lebih aman lagi saat di bandara saat ada pemeriksaan barang (mamak keren pastinya bawa alat pompa kemanapun kan), kalian tinggal menunjukkan surat keterangan dari dokter yang mengindikasikan kondisi kalian saat ini. Kalau nasib lagi gak baik, barang elektronik dengan baterai bisa jadi sasaran empuk penggeledahan. Untuk format suratnya nanti japri aja ya.

5. Download peraturan TSA

Peraturan TSA (Transportation Security Administration) ini isinya memperbolehkan mamak menyusui untuk membawa ASI selama dalam penerbangan internasional walaupun sedang tidak bersama bayi. Link-nya ada di https://www.tsa.gov/travel/special-procedures/traveling-children

Adapun peraturan untuk penerbangan dalam negeri bisa dilihat di gambar berikut di bawah:

Jangan ragu bawa ASI ke kabin.

6. Persiapkan perlengkapan tempur.

Photo by rawpixel.com on Pexels.com

Perlengkapan tempur saya waktu itu antara lain:

  • Pompa ASI Manual (untuk digunakan saat dalam pesawat – lumayan ya penerbangan 16 jam bisa dapat 450 ml.). Jangan lupa bawa pompa elektrik juga, untuk hasil yang lebih cepat dan maksimal. Tapi gak menyarankan pakai pompa elektrik pas di pesawat atau pas meeting, soalnya kan bunyinya agak gengges ya, jadi  bisa merusak konsentrasi orang 😀
  • Apron menyusui supaya bisa mompa kapan saja dan dimana saja.
  • Cooler bag, untuk memudahkan membawa ASI kapanpun dan dimanapun
  • Cooler box minimal 10 liter. Jadi hasil merah ASI selama 2 minggu, saya bisa dapat 8 liter. Cooler box 10 liter sisa ruangan 2 liter untuk tempat ice pack dan ice gel.
  • Ice gel secukupnya. Saya bawa 4 yang besar-besar dan yang kecil-kecil bawa 4 juga.
  • Kantong asi yang ukuran 120 ml secukupnya, dan kantong plastik ukuran besar, untuk menyimpan ASI deep freeze di kulkas kitchen per hari. Jadi di tiap kantong saya beri nama, informasi tanggal dan jam perah menggunakan spidol permanen.
  • Spidol permanen, koran bekas untuk packing ASI.
  • Tas travel lipat untuk wadah cooler box

7. Persiapkan ASIP yang cukup sebelum bayinya kita tinggal pergi.

Sebelum berangkat, yang biasanya saya mompa ASI tiap 3 jam sekali, dimajukan jadi 2 jam sekali supaya bisa nyetok ASIP lebih banyak. Dan benar saja pas saya pulang dinas dari luar negeri, persedian ASIP yang tersisa biasanya tinggal 3 atau 4 kantong saja. Pas banget.

Saya tambahin juga nih info daya tahan dan penempatan ASI dalam kulkas.

8. Packing dengan baik.

Jadi waktu berangkat, saya hanya bawa 1 koper dan backpack dari Gabag yang merangkap sebagai cooler bag. Cooler box saya masukin ke koper. Pas pulangnya, cooler box saya keluarkan dari koper dan dimasukan ke tas travel lipat.

Untuk pengaturan ASInya sendiri di dalam cooler box: bagian paling bawah, dan sampingnya lapisin dulu dengan kertas koran. Setelah itu taruh ice gel ukuran besar di bawah, dan samping kanan kiri cooler box. Taruh ASI yang sudah beku di tengah-tengah, kemudian bagian atas ditutup ice gel dan dilapisi koran, baru dikunci, kemudian dimasukkan ke dalam tas travel lipat. Untuk menghindari pecah dan benturan, selipkan beberapa baju di bagian bawah, atas, dan bagian samping tas travel tempat coller box.

Alhamdulillah, ASIP yang sudah susah payah saya perah selama di luar negeri, aman damai sentausa sampai di Indonesia. Dan gak cair sama sekali (thx to teknologi cooler box). Oya, ASIP yang sudah cair harus segera diminumkan ya, tidak boleh dibekukan lagi, kecuali masih ada titik-titik bekunya, nah itu bisa dibekukan lagi.

9. Lapor pada petugas bandara.

Photo by rawpixel.com on Pexels.com

Selalu lapor pada petugas bandara/maskapai bahwa kita membawa ASI beku saat bepergian. Yakinkan bahwa ASInya di seal dengan baik sehingga tidak akan bocor. Ada kalanya kita harus bongkar cooler box untuk menyakinkan petugas bandara bahwa ASInya benar-benar beku. Tapi biasanya sih baik-baik dan gak pernah disuruh bongkar lagi.

ASI yang sudah masuk cooler box lebih baik ditaruh di bagasi daripada di kabin karena suhu di area bagasi lebih dingin daripada suhu kabin. Saya juga gak pernah merah ASI sebelum masuk pesawat ya. Menghindari ribetmya prosedur x-ray untuk cairan yang ditenteng masuk pesawat.

Demikian tips dan trik manajemen ASI selama bepergian. Intinya mah, selama ada apron, cooler box, dan ice gel yang banyak, insya Allah ASIPnya selamat. Selamat mengASIhi dengan aman, damai, dan sentausa ya, mamak-mamak keren dan kece.

Ditulis untuk kuliah Jum’at Kontenesia, 15 February 2019.

Diterbitkan oleh Devi R. Ayu

A proud Mom of #babyD, Penulis, Penerjemah, Konsultan Komunikasi, dan Fasilitator Program Women Will dari Google Gapura Digital untuk kota Malang. Owner dari Cindaga Comms, konsultan komunikasi digital di kota Lawang, Malang.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: