Dieng Plateu – Wonosobo: Menyusuri Akar Keluarga di Tempat Tertinggi ke Dua di Dunia


Setelah Nepal, tempat tertinggi itu ada di Indonesia. Namanya Dataran Tinggi Dieng. Suatu tempat di Jawa Tengah yang melimpah ruah hasil pertaniannya. Suatu tempat yang salah satunya jadi asal muasal keluarga saya. Tempat dimana lidah akan dibuai mesra oleh penganan bernama kentang goreng, purwaceng, dan carica 🙂

SAMSUNG CAMERA PICTURES
Welcome to Dieng!

Terbagi atas dua kabupaten, Banjarnegara serta Wonosobo, Dieng menyimpan berbagai kekayaan budaya. Dieng Kulon masuk wilayah Banjarnegara, sedangkan Dieng wetan masuk wilayah Wonosobo. Perhiasan mata di wilayah Dieng ini adalah pegunungan Sindoro – Sumbing. Uniknya lagi adalah homestay yang saya tempati selama di Dieng masuk wilayah Banjarnegara, sedangkan tempat wisata yang banyak saya kunjungi masuk ke wilayah Wonosobo. Sekali jalan, dua kabupaten terlewati.

Perjalanan ke Dieng juga bukan sesuatu yang saya rencanakan, hanya menyambut ajakan seorang kawan lama. Pada pertengahan Oktober 2014 lalu saya pun mengunjungi kampung halaman kakek buyut saya dari pihak ibu. Sebelumnya tidak pernah sekalipun saya menginjakkan kaki di Dieng.

Yang paling “dodol” dalam perjalanan kali ini adalah, saya tidak tahu sama sekali kalau pagi pagi buta rombongan akan menanjak ke bukit Sikunir untuk menyambut matahari terbit, dalam arti kata perbekalan yang saya bawa tidak untuk menembus udara dingin pagi dan menanjak gunung. Akhirnya malam hari setelah sampai di Dieng saya segera berbelanja topi penghangat, sarung tangan, serta kaos kaki untuk perjalanan esok pagi 😀

Saat saya turun dari bukit Sikunir, setelah melihat sunrise, kurang lebih pukul setengah tujuh pagi, pemandangan kaki bukit adalah danau yang indah ala Eropa serta barisan pengamen bersuara merdu dengan berbagai alat musik. Ah, dalam hati diam-diam saya menyapa kakek buyut saya yang sudah meninggal, “Kakek, indah nian tempatmu berasal”. Akhirnya usai minum teh hangat dan mencicipi mendoan ala karesidenan Kedu ini, kami pun pulang ke homestay untuk mandi dan melanjutkan trip ke tempat-tempat lain, tempat dimana beberapa waktu yang lalu mungkin kakek buyut saya sempat menginjakkan kakinya sebelum merantau ke Malang.

Oya, kalau Anda ke Dieng, pastikan tempat-tempat berikut Anda kunjungi. Saya sudah kesana, jadi ini rekomendasi buat Anda:

  1. Kawah Sikidang
SAMSUNG CAMERA PICTURES
Narsis di Kawah, untung ga meletus 😀

Di bawah Kawah Sikidang adalah dapur magma, asap yang mengebul dari lubang-lubang kawah serta bau belerang sebagai buktinya. Dapur magma ini menghasilkan panas dan energi dengan tekanan yang sangat kuat. Apabila tekanan ini mencapai puncaknya, maka akan terjadi letusan dan terbentuk sebuah kawah baru. Nama Sikidang diambil dari kata “kidang” yang berarti kijang. Keunikan kawah ini adalah kawah utamanya selalu berpindah, seolah meloncat mencari tempat baru. Lubang besar tepat di bagian depan kompleks adalah bekas kawah utama sebelum dia merasa “bosan” dan meloncat berpindah ke lubang yang lain.

Sewaktu saya berkunjung ke sana, saya melihat pipa-pipa penyaluran geothermal untuk pembangkit tenaga listrik melintang di sana-sini. Plus graviti yang merusak mata, serta anak muda yang berlatih motor cross di sekitar wilayah kawah. Ada baiknya pendidikan lingkungan digalakkan ke masyarakat, ngapain jauh-jauh melihat pemandangan alam kalau cuma mau ngerusak keindahannya dengan graviti.

2. Candi Arjuna

SONY DSC
Ga dapat foto yang bagus, ngambil dari foto orang..hahahah..cek di coretanpetualang.wordpress.com ya

kompleks Candi Arjuna yang merupakan salah satu candi tertua di Jawa. Di dalam kompleks ini hanya tinggal 5 candi berusia lebih dari seribu tahun yang masih berdiri dengan kokohnya. Kompleks candi Arjuna diperkirakan dibangun pada tahun 809 M dan merupakan tempat pemujaan Dewa Siwa. Hal ini terlihat dari adanya Lingga dan Yoni di dalam candi utama, serta arca Dewi Durga, Ganesha, dan Agastya di relung-relung bangunannya.

Kompleks candi ini pertama kali ditemukan oleh seorang tentara Inggris bernama Van Kinsbergen pada tahun 1814. Berbeda dengan candi-candi lain yang sebagian besar ditemukan terpendam di dalam tanah, candi-candi di dataran tinggi Dieng ini pada waktu itu terendam air rawa-rawa. Proses pengeringan dimulai lebih dari 40 tahun kemudian. Entah siapa yang memberi ide, candi-candi ini kemudian diberi nama sesuai dengan nama-nama tokoh pewayangan oleh penduduk sekitar. Candi utamanya adalah Candi Arjuna, yang berhadapan dengan candi berbentuk memanjang dengan atap limasan yang sering disebut sebagai Candi Semar.

3. Menyambut sunrise di Sikunir

SAMSUNG CAMERA PICTURES
Sunrise yang cukup dramatis di Sikunir

Bukit Sikunir terletak di Desa Sembungan pada ketinggian 2.350 meter di atas permukaan laut. Melihat matahari dari Sikunir cukup istimewa karena berlatar belakang pegunungan Dieng dan Gunung Sindoro. Tapi apabila ingin lebih istimewa lagi,, bisa dicoba melihat sunrise dari atas gunung perahu.

4. Dieng Theater

Theater Mini yang terletak di bukit Sikendil dengan bentuk Bangunan yang didesain klasik dan berkapasitas 100 tempat duduk. Dieng Theater dilengkapi dengan sistem audio visual yang memadai sehingga para wisatawan dapat melihat pemutaran film tentang sejarah Dieng serta obyek yang ada di Dataran Tinggi Dieng dengan  durasi kurang lebih 23 menit.

5. Talaga Warna

SAMSUNG CAMERA PICTURES
Talaga warna bernuansa Eropa

Nama telaga Warna sendiri diberikan karena fenomena alam unik yang terjadi di tempat ini, yaitu warna air dari telaga tersebut yang sering berubah-ubah. Terkadang telaga ini berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni seperti pelangi. Fenomena ini terjadi karena air telaga mengandung sulfur yang cukup tinggi, sehingga saat sinar Matahari menimpanya, warna telaga nampak berwarna warni. Telaga Warna berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut

6. Talaga Menjer

SAMSUNG CAMERA PICTURES
Telaga Menjer dan perahu yang disewakan

Telaga ini berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut, dengan luas 70 hektar dan kedalamannya mencapai 45 meter. Di sekitar telaga ini terdapat pepohonan pinus yang rimbun sertabukit-bukit hijau yang memagari telaga. Pengelola Telaga vulkanik Menjer yang terletak di kaki Gunung Pakuwaja ini menyediakan beberapa kapal kecil yang siap mengantar pengunjung mengelilingi seluruh telaga.

Diterbitkan oleh Devi R. Ayu

A proud Mom of #babyD, Penulis, Penerjemah, Konsultan Komunikasi, dan Fasilitator Program Women Will dari Google Gapura Digital untuk kota Malang. Owner dari Cindaga Comms, konsultan komunikasi digital di kota Lawang, Malang.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: