Menepi.. Tunggulah.. Dan pergilah kemana hati membawamu


Salah satu tulisan yang sempat terlupa. Mudah-mudahan bisa memberikan semangat. Tulisan yang selalu cocok di segala suasana, kalau menurut saya 🙂

——————————————————————————————————————-

Sahabatku sayang, Apa kabarmu?
Entah kenapa belakangan ini aku sering memikirkanmu…
Doaku, Semoga Tuhan selalu menjaga dan mencintaimu.

Sahabatku sayang,
Kamu sering bilang…”tak tahu apa yang harus dilakukan”.
sebagai sahabatmu aku cuma bisa bilang….
“Ketika tidak ada yang bisa dilakukan, ya jangan ngapa-ngapain”

Itu bukan cuma teori, tapi nyata…
Saat arus terlalu kuat, itulah saatnya harus mengalir bersama arus.
Dan ketika kita mampu bertindak dengan efektif, itulah saatnya untuk mengerahkan semua upaya kemudian memenangkan pertempuran yang kita mainkan. Jadi, hemat energimu, sayang.

Sahabatku, saat kita tiba di persimpangan jalan dan tak yakin arah mana yang harus ditempuh, kita sebaiknya menepi, rehat sejenak, dan menanti sebuah bus. Segera, biasanya sih saat kita tak berharap, sebuah bus tiba. Di bagian depan bus umum biasanya ada tulisan yang menunjukkan arah dan tujuan dari bus tersebut. Jika tujuan kita sama, mari kita naik ke bus itu. Jika tidak, tunggulah. Akan selalu ada bus lain yang datang kok.

Sahabatku sayang. Setiap solusi punya tujuannya masing-masing. Sama seperti bus itu. Jika tujuannya cocok dengan tujuan kita, kita ambil solusi itu. Jika tidak, kita tunggu lagi. Percayalah, akan selalu ada solusi lain yang akan datang dan dengan tujuannya masing-masing. Perhatikanlah bahwa biasanya sesuatu yang tak terduga biasanya terjadi.

Begitulah kehidupan kita, sahabatku. Jadi mengapa menyia-nyiakan momen indah meskipun dalam kegetiran, meskipun masalah itu begitu pelik, meskipun satu-satunya yang bisa disyukuri adalah kepelikan itu. Langitnya masih biru, kita masih bernafas dan melihat sinar mentari. Pun bukankah masalah adalah untuk pupuk kekuatan kita….^_^

Masa depan itu tak pasti, sahabatku. Jangan pernah percaya peramal ya (ada sih memang yang diberi kelebihan untuk bisa melihat masa depan). Namun apa serunya kalau kita bisa tahu apa yang akan terjadi di masa depan, tak akan ada lagi adrenalin dan ketegangan dalam hidup ini.

Yang pasti adalah ketidakpastian, sahabatku. Kita tidak pernah tahu pasti apa yang akan terjadi kemudian. Jadi Tersenyumlah….Dan saat hatimu memanggil, tentukan pilihanmu.

Salamku,

20 Juni 2009

——————————————————————————————————————–

Judul : Va’ Dove Ti Porta Il Cuore – Pergilah Kemana Hati Membawamu

Pengarang : Susanna Tamaro

Penerjemah : Antonius Sudiarja, SJ

Penerbit : Gramedia Pustaka, Januari 2004

Tebal : 215 Halaman

“Dan kelak, di saat begitu banyak jalan terbentang di hadapanmu dan kau tak tahu jalan mana yang harus diambil, janganlah memilihnya dengan asal saja, tetapi duduklah dan tunggulah sesaat. Tariklah napas dalam-dalam dengan penuh kepercayaan, seperti saat kau bernapas di hari pertamamu di dunia ini. Jangan biarkan apa pun mengalihkan perhatianmu, tunggulah dan tunggulah lebih lama lagi. Berdiam dirilah, tetap hening, dan dengarkanlah hatimu. Lalu, ketika hati itu bicara, beranjaklah, dan pergilah kemana hati membawamu.”

Novel karya Susanna Tamaro ini adalah salah satu best seller di Italia. Buku ini bercerita tentang seorang perempuan bernama Olga yang ditinggal cucunya ke Amerika. Di tengah kesendiriannya Olga mengalami serangan jantung dan diperkirakan umurnya tidak akan lama lagi. Alih-alih menyuruh cucunya pulang, Olga menulis buku harian untuk cucunya, sehingga apabila suatu saat nanti cucunya pulang dan tidak menemukan dirinya, buku harian itu dapat menjadi jembatan atas segala perbedaan yang ada dalam kebersamaan mereka.

Secara garis besar, novel ini berisi tentang pemikiran perempuan. Bahkan Atase Kebudayaan Italia untuk Indonesia mendaulat novel ini sebagai novel perempuan, buku yang memberikan ruang bagi hati untuk membuat pilihan dan ruang bagi perasaan dalam hubungan antar manusia. Olga, sang tokoh, menuliskan hal-hal yang menjadi pemikirannya sejak dia masih kanak-kanak, beranjak dewasa, kemudian masa – masa saat dia menjadi ibu, serta masa – masa dia menjadi nenek. Buku harian itu dia harapkan dapat meraih hati cucunya karena jurang pemisah antar generasi sudah terlalu dalam diantara mereka.

“Ada yang tidak berubah dalam kehidupan seorang perempuan sejak dulu. Penghayatan atas kehidupan dan cinta, pengetahuan masa lalu, dan pemahaman diri sendiri. Semua ini akan membuat kehidupan perempuan sarat makna.” Olga telah melewati semua itu, dan dia telah melewati lebih banyak waktu hidup dibandingkan cucu dan putrinya.

Novel ini menekankan betapa pentingnya mengenal diri sendiri. Dengan menulis buku harian tersebut, Olga berharap cucunya dapat lebih mengenal dia, mengenal dirinya sendiri, dan apapun itu sebagai bagian dari generasi lampau, dia merelakan cucunya sebagai generasi dari masa datang untuk mengambil jalannya sendiri, dan mengikuti kata hatinya, kemanapun hati itu membawanya pergi.

Susanna Tamaro

Diterbitkan oleh Devi R. Ayu

A proud Mom of #babyD, Penulis, Penerjemah, Konsultan Komunikasi, dan Fasilitator Program Women Will dari Google Gapura Digital untuk kota Malang. Owner dari Cindaga Comms, konsultan komunikasi digital di kota Lawang, Malang.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

%d blogger menyukai ini: