Hari ini kamar kosku dijadikan basecamp oleh teman-teman mainku, girls gang. Acara hari ini di kamar adalah nonton film maraton rame-rame. Film pertama diawali dengan “The Girl with The Dragon Tatoo”. Menurutku film ini cukup sadis, mengupas sisi liar manusia akan kebutuhan seksnya. Mengungkap tumpulnya perasaan belas kasih, dan akibatnya malah manusia-manusia ini menikmati saat-saat penuh simbah darah dan membunuh manusia lain.
Aku baru sebatas menonton saja sih, belum membaca bukunya. Menurut teman-temanku, bukunya jauh lebih menarik. Yayaya…nampaknya aku perlu membaca bukunya. Secara garis besar film ini bercerita tentang kerja detektif-detektifan di Swedia. Tentang siapa membunuh siapa. Namun sungguh, saat aku menonton film ini, aku sampai terbawa emosi gerammm terhadap laki-laki:(
Mereka begitu kejamnya terhadap perempuan, terutama dalam masalah pemenuhan kebutuhan biologis. Mulai dari memaksa, menyekap, memerkosa walaupun itu darah dagingnya sendiri, bahkan memukuli sampai mati. Manusia terlihat rendah sekali melebihi binatang di film ini.
Sedih sekali melihat kenyataan bahwa sampai sekarang perempuan hanya menjadi obyek lelaki. Sedih sekali melihat kenyataan bahwa laki-laki yang harusnya melindungi perempuan dikarenakan fisik mereka yang tangguh, malah berbuat semena-mena terhadap kaum hawa. Apa gunanya mendengung-dengungkan saling melengkapi antara pria dan perempuan selama ini kalau itu semua hanya pemanis bibir saja?
Yang paling aku herankan diantara itu semua adalah, bukankah para laki-laki ini dulunya berasal dari rahim kaum perempuan? Dipelihara dengan penuh kasih sayang hingga dewasa… Lalu kemana perginya semua kasih sayang yang ditanamkan tersebut? Apakah dunia terlalu kejam untuk begitu saja melupakan peran perempuan?
Sejarah manusia telah mencatat betapa banyak orang besar di dunia ini sukses karena dukungan perempuan, baik itu ibunya ataupun istrinya. Sebut saja Nabi Muhammad dan istrinya Siti Khadijah, Presiden Abraham Lincoln dan ibunya, Helen Keller dan pengasuhnya, Barack Obama dan ibunya “Ann Dunham”, serta istrinya “Michelle Obama”. Di Indonesia kita pun punya BJ. Habibie dan istrinya Almarhun Ainun Habibie. Tak ketinggalan pula Nabi yang terlahir tanpa kehadiran seorang ayah, Isa As dan ibundanya Siti Maryam, serta banyak lagi lainnya yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Tak elok rasanya menafikkan sejarah dan peranan perempuan, sebab tanpa adanya perempuan takkan ada kehidupan selanjutnya di muka bumi.
Perempuan bukanlah budak seks lelaki, itu yang harus kita pahami. Seks adalah kebutuhan normal dan sangat biologis, namun alangkah eloknya kalau kebutuhan alamiah tersebut ditempatkan pada tempat yang seharusnya. Tak ada paksaan, itulah fitrah kami sebagai perempuan. Karena perempuan berbicara dengan hati dan kelembutan, bukan dengan bahasa kekerasan maupun kekuatan super.
Ah miris sekali melihat film “The Girl with The Dragon Tatoo” ini. Manusia diperlihatkam menghamba pada nafsunya, pada seks. Manusia lebih tertarik untuk memperbudak orang lain dan melihatnya menderita. Dan pada kenyataannya manusia-manusia sekarang ini ada pada titik pesakitan tersebut. Meskipun tak tahu kapan, aku masih percaya bahwa suatu hari nanti manusia bisa sembuh. Suatu saat nanti kita bisa menempatkan semua pada tempatnya. Seks pada tempatnya, bukan pada segalanya. Kasih sayang pada tempatnya, bukan hanya ucapan.
U should try reading the books. Trilogi.
Yeup, i will. Thank you for your suggestion.