Kusebut angin dengan lembut…
Dia sering bermain-main dengan kulit dan rambutku
Meniup nakal kesana kemari
Dan membuatku selalu bersiap dengan sisir dan selendang
Kusebut angin dengan peri…
Dia sering menikahkan sepasang bunga
Pernikahan bagi kehidupan selanjutnya, buah dan biji
Angin memang tak pernah setengah hati untuk berpatisipasi dalam keajaiban
Kusebut angin sebagai kekasih air…
Senda gurau mereka di langit kerap membuat air yang berayun di awan, tumpah ke bumi
Dan saat sepasang kekasih ini berdansa,
Tak pelak membuat rumah warga di bumi ikut terbang dan larut dalam tarian mereka
Kusebut angin sebagai pencemburu …
Tak pernah ia relakan dedaunan yang menguning di pohon untuk tinggal berlama-lama
Menyelisik dalam derai kelopak-kelopak dedaunan
Adalah kegemarannya di musim gugur
Kusebut angin sebagai ibu…
Dia terbangkan sayap-sayap baru burung-burung kecil
Dia membawa mereka ke seluruh penjuru dunia
Dan kembali mengantarkannya di sarang yang lembut
Kusebut angin dalam berbagai nama…
Dan angin semakin nakal bermain-main
Dia tiup kulit telanjangku dan membiarkan rambutku menari
“Hup” kutangkap angin dengan jemariku dan kulepaskan sekali lagi